Isuenasional, Yogyakarta – Teknologi boleh merajalela, tapi budaya lokal belum habis daya. Dalam forum Rapat Koordinasi dan Penandatanganan Komitmen Pengembangan Kepariwisataan DIY, GKR Bendara membagikan pengalaman personal yang mencerminkan bagaimana generasi muda, termasuk Gen Z, kini menjangkau akar budayanya melalui platform digital.
Acara yang digelar pada Selasa (29/7/2025) di Bangsal Mataram, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan dari sektor pariwisata, ekonomi kreatif, dan budaya.
Dalam sambutannya, GKR Bendara mengangkat kisah menarik soal jathilan, seni pertunjukan rakyat Jawa yang identik dengan magis dan atraksi menawan. Namun alih-alih disaksikan langsung di alun-alun atau desa, pertunjukan ini kini punya penonton setia di kanal YouTube. Bahkan, penonton itu adalah anak beliau sendiri.
“Saya pernah heran,” tutur GKR Bendara. “Anak saya rutin menonton jathilan setiap Sabtu malam jam 10, lewat live streaming di YouTube. Dan untuk ulang tahunnya bulan September nanti, dia minta hadiah: ingin nonton jathilan secara langsung.”
Cerita itu, menurutnya, adalah cerminan bahwa budaya tetap hidup ketika diberi ruang yang relevan. Generasi muda ternyata tidak sepenuhnya melupakan akar budaya mereka, mereka hanya menemukannya dengan cara baru.
Lebih dari sekadar cerita pribadi, GKR Bendara menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam memajukan pariwisata yang berbasis budaya. Ia mengapresiasi sinergi yang telah dibangun oleh DPD RI, Bank Indonesia DIY, Dinas Pariwisata DIY, dan GIPI DIY.
“Semangat teman-teman semua di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif sangat luar biasa. Ini adalah gerak bersama untuk menjadikan Yogyakarta tak hanya dikenal sebagai kota pelajar dan budaya, tapi juga sebagai rumah bagi generasi muda yang mencintai akarnya,” pungkasnya.
Dengan dukungan digital dan semangat kolaboratif, Yogyakarta tak sekadar melestarikan budaya, tapi juga menghidupkannya kembali dalam ritme zaman.