Close Menu
  • Home
  • Nasional
  • Daerah
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Wisata
Facebook X (Twitter) Instagram
  • Home
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Kode Etik
Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest Vimeo
Isue Nasional – AKtual,Informatif,TerpercayaIsue Nasional – AKtual,Informatif,Terpercaya
  • Home
  • Nasional
  • Daerah
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Wisata
Subscribe
Isue Nasional – AKtual,Informatif,TerpercayaIsue Nasional – AKtual,Informatif,Terpercaya
Beranda » Harmoni Gamelan di Welcome Dinner JKPI 2025: Nada, Rasa, dan Rakyat
Berita Unggulan

Harmoni Gamelan di Welcome Dinner JKPI 2025: Nada, Rasa, dan Rakyat

IsueNasionalBy IsueNasionalAgustus 7, 2025Tidak ada komentar2 Mins Read
Share Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Reddit Telegram Email
Nada gamelan iringi Welcome Dinner Rakernas JKPI 2025 di Yogyakarta, ajak kepala daerah renungkan makna kepemimpinan dan budaya. Foto: istimewa
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Yogyakarta — Suara lembut namun berwibawa menggema di Ballroom Hotel Tentrem, saat nada Nang, Neng, Nong dari gamelan tradisional Jawa mengalun menyambut kehadiran 56 bupati dan wali kota dari seluruh Indonesia dalam acara Welcome Dinner Rakernas Jaringan Kota Pusaka Indonesia 2025.

Nada-nada sederhana itu bukan sekadar musik. Mereka adalah bahasa budaya, penuh filosofi, menyuarakan nilai keselarasan, kebersamaan, dan kepemimpinan yang membumi.

Pertunjukan gamelan ini menjadi semakin bermakna karena diorkestrasi oleh Agus Budi Rahmanto, pengelola Taman Budaya Embung Giwangan, yang dengan sentuhan kuratorialnya menghadirkan suasana yang menyatukan rasa, tradisi, dan visi kepemimpinan masa depan.

Saat Ditemui Setelah acara, Agus menjelaskan tentang Makna “Nang, Neng, Nong” dalam Harmoni Jawa

Dalam gamelan Jawa, suara nang, neng, nong bukan hanya bunyi; ia adalah pola ritmis yang mewakili keseimbangan antara gerak, rasa, dan hening. Nada-nada itu mengajarkan:

Nang: isyarat awal — niat baik memulai sesuatu
Neng: titik tengah — saat kita hadir dan selaras
Nong: penutup yang memberi arah — bijak dalam menyelesaikan

“Nada-nada itu seperti dialog diam antar jiwa, menyatukan yang beragam dalam satu irama.” Kata Agus Rahman

Gundul-Gundul Pacul: Kritik Lembut untuk Pemimpin

Dalam sesi pertunjukan gamelan, lagu Gundul-Gundul Pacul dimainkan bersama 56 bupati dan wali kota peserta Rakernas sebagai refleksi. Lagu dolanan ini dipilih bukan tanpa makna.

Gundul berarti kepala tanpa mahkota — pemimpin yang rendah hati.

Pacul adalah cangkul — simbol kerja dan pengabdian.

Gembelengan adalah peringatan — pemimpin yang sombong akan jatuh.

Segane dadi sak latar — rakyat jadi korban saat pemimpin lalai.

“Lagu ini menyuarakan falsafah Jawa tentang kepemimpinan yang tidak boleh berlebihan, harus mengakar pada rakyat, dan selalu mengingat tanggung jawab yang diemban.” Tambahnya

Nada Kebersamaan dalam Kota Pusaka

Melalui iringan gamelan yang halus dan filosofis, para kepala daerah diajak untuk merenungkan nilai-nilai kepemimpinan:
Bahwa menjadi pemimpin bukan soal mahkota, tapi tentang mengayomi dan mengayun langkah bersama rakyat.

“Nada “nang, neng, nong” menjadi pengingat lembut, bahwa dalam keragaman kota-kota di Indonesia, yang paling penting adalah keselarasan dan rasa saling melengkapi, seperti gamelan yang tidak bekerja dalam solo, tapi dalam harmoni.” Pungkasnya.

Di tengah jamuan dan kebersamaan malam itu, Yogyakarta tidak hanya menyuguhkan makanan — tapi juga rasa, falsafah, dan nada.
Sebuah pembuka yang indah untuk Rakernas, tempat kota-kota di seluruh Indonesia bertemu dalam semangat pusaka, budaya, dan kebersamaan,
yang selaras dalam nada… nang, neng, nong.

#AgusBudiRahmanto #BudayaNusantara #GamelanJawa #GundulGundulPacul #JKPI #KepemimpinanJawa #KotaPusaka #NadaKebersamaan #RakernasJKPI2025 #YogyakartaHeritage
Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
Previous ArticleCek Kesehatan Gratis Masuk Sekolah: Langkah Nyata Cetak Generasi Emas 2045
Next Article Rakernas JKPI 2025: Kota Pusaka Butuh Pendampingan Aktif, Bukan Seremoni Saja
IsueNasional
  • Website

Related Posts

Berita Unggulan

Mahasiswa University of Melbourne Pelajari Kebijakan Sosial Kota Yogyakarta Lewat Joint Course UGM

November 14, 2025
Berita Unggulan

Kubu Raya Siapkan Sistem One Way di Sungai Raya Dalam untuk Atasi Kemacetan dan Dukung Wisata Kuliner

November 14, 2025
Berita Unggulan

Kemenag Digitalisasi Arsip Bersejarah: Akta Nikah Jawa Hanacaraka 1879–1898 Resmi Diserahkan ke ANRI

November 14, 2025
Add A Comment

Comments are closed.

Berita Terbaru

Mahasiswa University of Melbourne Pelajari Kebijakan Sosial Kota Yogyakarta Lewat Joint Course UGM

November 14, 2025 Berita Unggulan

Kubu Raya Siapkan Sistem One Way di Sungai Raya Dalam untuk Atasi Kemacetan dan Dukung Wisata Kuliner

November 14, 2025 Berita Unggulan

Kemenag Digitalisasi Arsip Bersejarah: Akta Nikah Jawa Hanacaraka 1879–1898 Resmi Diserahkan ke ANRI

November 14, 2025 Berita Unggulan
Stay In Touch
  • Facebook
  • YouTube
  • TikTok
  • WhatsApp
  • Twitter
  • Instagram
Populer

Neezzar Sayddan: “Crazy Maestro” yang Menyulap Kegilaan Jadi Jalan Pencerahan

Oktober 26, 202559 Views

Penuh Keceriaan! Kids Fun Yogyakarta Jadi Surga Baru Liburan Keluarga di Jogja

Oktober 29, 202518 Views

Kolaborasi Pariwisata DIY: Budaya Lokal Dibangkitkan Lewat Teknologi

Juli 29, 202517 Views
Terbaru

Mahasiswa University of Melbourne Pelajari Kebijakan Sosial Kota Yogyakarta Lewat Joint Course UGM

November 14, 2025

Kubu Raya Siapkan Sistem One Way di Sungai Raya Dalam untuk Atasi Kemacetan dan Dukung Wisata Kuliner

November 14, 2025

Kemenag Digitalisasi Arsip Bersejarah: Akta Nikah Jawa Hanacaraka 1879–1898 Resmi Diserahkan ke ANRI

November 14, 2025
Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
  • Home
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Kode Etik
© 2025 isuenasional.com

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.