Isuenasional, Jakarta — Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan komitmennya untuk mendukung Asta Cita Presiden RI dalam percepatan hilirisasi dan industrialisasi nasional. Salah satu langkah konkret diwujudkan lewat penandatanganan Kesepakatan Kerja Sama (KKS) antara Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) di Jakarta, baru-baru ini.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyambut baik kerja sama ini yang dinilai menjadi langkah strategis dalam meningkatkan nilai tambah bahan galian nonlogam.
“Kami berharap kerja sama ini dapat menghasilkan kajian teknologi yang mendukung industrialisasi silika dan grafit sebagai bahan baku industri prioritas nasional,” ujarnya di Jakarta, Selasa (28/10/2025).
Penandatanganan kerja sama dilakukan oleh Dirjen IKFT Kemenperin Taufiek Bawazier dan Wakil Rektor ITB Bidang Riset dan Inovasi Prof. Lavi Rizki Zuhal, disaksikan langsung oleh Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T.
Taufiek menegaskan, industrialisasi tidak cukup berhenti pada tahap produksi, tetapi harus ditopang oleh riset, teknologi, dan basis data yang kuat.
“Kerja sama ini penting karena hasil kajiannya akan menjadi acuan kebijakan sekaligus memastikan pengembangan teknologi pengolahan mineral sesuai kebutuhan industri dan masyarakat,” jelasnya.
Sejak 2024, Ditjen IKFT telah menjalankan dua program prioritas nasional: industri silika menjadi wafer silikon untuk mendukung kemandirian industri semikonduktor dan photovoltaic (PV) module, serta industri grafit untuk memperkuat ekosistem kendaraan listrik (EV) nasional.
Pada 2025, kolaborasi Kemenperin dan ITB akan difokuskan pada dua kajian utama:
-
Kajian Teknologi Pemurnian Silika menjadi Metallurgical-Grade Silicon berbasis sumber daya mineral nasional.
-
Kajian Pemurnian Grafit Alam dan Pengolahan Grafit Sintetis beserta analisis keekonomian untuk implementasi industri di Indonesia.
Data Kementerian ESDM mencatat, Indonesia memiliki potensi besar: 27 miliar ton sumber daya silika dan 7 miliar ton cadangan, sementara grafit alam mencapai 31 juta ton. Kedua komoditas ini menjadi bahan vital bagi industri kaca, ban, semen, semikonduktor, elektronik, dan otomotif.
Rektor ITB, Prof. Tatacipta Dirgantara, menyebut kerja sama ini sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
“KKS ini menegaskan komitmen ITB untuk berkontribusi nyata bagi bangsa melalui riset dan inovasi yang relevan,” ujarnya.
Taufiek menutup dengan apresiasi terhadap ITB. “Kami berharap kolaborasi ini membuka ruang bagi para akademisi dan peneliti untuk turut membangun fondasi industri masa depan yang berkelanjutan,” pungkasnya.
sumber: kemenparin

