isuenasional.com, Jakarta – Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN, Bonivasius Prasetya Ichtiarto, menegaskan pentingnya memperkuat pendidikan kependudukan melalui program Sekolah Siaga Kependudukan (SSK). Langkah ini disebut strategis untuk mencegah pernikahan usia anak dan menyiapkan generasi berkualitas menuju Indonesia Emas 2045.
Pernyataan itu disampaikan Bonivasius saat kegiatan Orientasi SSK Jenjang SMA yang digelar secara daring dan diikuti lebih dari 1.000 peserta dari berbagai SMA, Dinas Pendidikan, dan perwakilan BKKBN di seluruh Indonesia.
“Hari ini kita menghadapi persoalan kependudukan yang cukup mengkhawatirkan, terutama di kalangan remaja. Masih tingginya angka pernikahan usia anak menjadi tantangan besar yang harus segera diatasi,” ujarnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), angka kelahiran remaja (ASFR) usia 15–19 tahun secara nasional masih tinggi, yakni 18 per 1.000 perempuan. Kondisi ini menunjukkan masih banyak remaja yang menikah di usia sekolah, sehingga berdampak pada pendidikan, kesejahteraan, dan kesehatan keluarga.
“Ketika usia 15–19 tahun sudah punya anak, peluang menyelesaikan pendidikan menjadi sangat kecil. Kondisi ini bisa berujung pada kemiskinan, KDRT, bahkan risiko kesehatan ibu dan bayi,” tambah Bonivasius.
Pendidikan Kependudukan Jadi Kunci
Bonivasius menjelaskan, persoalan kependudukan tidak hanya tentang jumlah penduduk, tetapi juga kualitas manusia Indonesia. Karena itu, integrasi pendidikan kependudukan dalam sistem pendidikan formal menjadi penting, mulai dari SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi.
Melalui program SSK, siswa dibekali pemahaman tentang isu kependudukan, kesehatan reproduksi remaja, pembangunan keluarga, dan perencanaan kehidupan.
“Melalui SSK, anak-anak tidak hanya tahu, tapi juga sadar dan paham bagaimana merencanakan masa depan dengan baik. Mereka belajar menjadi remaja yang sehat, kritis, dan siap menghadapi tantangan global,” jelasnya.
Selain kegiatan intrakurikuler, program SSK juga diperkuat dengan Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja, Pramuka Genre, serta Akademi Keluarga untuk membentuk karakter dan komunikasi sebaya.
“SSK bukan sekadar formalitas akreditasi, melainkan gerakan moral untuk menjaga remaja kita agar tumbuh menjadi generasi yang kuat, sehat, dan berkarakter,” tegas Bonivasius.
Kolaborasi Jadi Fondasi
Ia juga mengapresiasi sinergi antara Kemendukbangga dan Kemendikdasmen dalam memperluas penerapan SSK di seluruh Indonesia. Dukungan dari kepala sekolah, guru, dan penyuluh dinilai menjadi faktor penting dalam keberhasilan program.
“Keterlibatan sekolah, guru, dan siswa menjadi kunci keberhasilan SSK. Kami siap mendampingi dan berkolaborasi agar gerakan ini berjalan berkelanjutan,” ujarnya.
Membangun Generasi Produktif dan Tangguh
Dengan penguatan SSK, pemerintah berharap remaja Indonesia dapat tumbuh menjadi generasi produktif, sehat, dan bertanggung jawab, sekaligus menjadi fondasi kuat bagi pembangunan keluarga dan bangsa menuju Indonesia Emas 2045.
Sumber: Info Publik

